Tembang Pocung merupakan salah satu tembang macapat yang menurut urutan tembangnya merupakan tembang terakhir dalam khasanah tembang macapat yang memiliki makna perjalanan hidup manusia. Pocung berasal dari kata "pocong" yaitu ritual kematian setelah jasad dimandikan kemudian dibungkus dengan kain kafan yang disebut dengan istilah dipocong, dan
Penulisan tembang macapat memiliki aturan dalam jumlah baris, jumlah suku kata, ataupun bunyi sajak akhir tiap baris yang disebut guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Pada masa lalu tembang macapat disenandungkan tanpa menggunakan iringan apa pun. Pembacaan tembang macapat lebih diutamakan pada makna yang terkandung di dalam syairnya.
Namun, sebenarnya macapat merupakan salah satu bentuk sastra dalam budaya Jawa. Uniknya, karya sastra ini disampaikan melalui tembang (lagu) macapat. Dalam jurnal Macapat dan Santriswara (Humaniora, No 1 Tahun 1989), Darusuprapta mengutip pendapat Poerwadarminta bahwa macapat adalah jenis tembang dalam gubahan puisi hasil karya sastra Jawa Baru.
Menurut jenisnya tembang yang berkembang di Jawa terbagi menjadi tiga bagian yaitu: Tembang Gedhe (Sekar Kawi/Kawin), Tembang Tengahan (Sekar Tengahan), dan Tembang Macapat (Sekar Alit). Ketiga jenis tembang (sekar) ini masing-masing mempunyai aturan satu sama lain berbeda. a. Tembang Gedhe (Sekar Ageng)
Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay.
contoh tembang macapat tema pendidikan